A. Mari Renungkan Ingatlah, bahwa hidup di alam dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan akhirat kekal selama-lamanya. Allah Swt. memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempersiapkan bekal hidup di akhirat. Tahukah kalian bahwa hidup di dunia merupakan ladang amal untuk kehidupan akhirat. Sungguh amat disayangkan jika kesempatan hidup di dunia ini tidak digunakan sebaik-baiknya. Kelak di akhirat mereka akan menyesal karena tidak menggunakan kesempatan hidup di dunia untuk memperbanyak amal saleh. Allah Swt. tidak membutuhkan amal saleh dari kita, sebaliknya kitalah yang membutuhkannya. Wahai generasi muslim yang cerdas, setiap amal saleh yang kalian lakukan akan mendapat balasan berupa pahala dari Allah Swt. Sekecil apapun amal kalian sungguh Allah Swt. akan membalas dengan seadil-adilnya. Janganlah kalian meremehkan amal saleh yang kelihatannya kecil dan sederhana seperti tersenyum saat bertemu dengan teman di sekolah. Sebab nilai amal terletak pada keikhlasannya bukan banyak atau sedikitnya. Sedangkan yang mengetahui kadar keikhlasan hanya Allah Swt. semata. Tanamkanlah dalam diri kalian semangat untuk beramal saleh. Jadikanlah diri kalian sebagai pribadi yang berakhlak mulia. Berbaik sangkalah kepada Allah Swt. bahwa Allah Swt. akan selalu melindungi hamba-hamba-Nya yang saleh. Sudah siapkah kalian selalu beramal saleh mulai sekarang? Renungkanlah, banyak kekacauan dan pertikaian terjadi akibat buruk sangka. Sungguh buruk sangka adalah perilaku tercela yang harus kita hindari. Berbaik sangka akan menjadikan hidup kita tenang, nyaman, dan harmonis. Bukankah hal ini impian setiap orang?. Oleh karena itu, mari kita membiasakan diri berbaik sangka dalam kehidupan sehari-hari. B. Mutiara Khasanah Islam 1. Mari Memahami Amal Saleh Tahukah kalian apa yang dimaksud dengan amal saleh? Untuk mengetahui pengertian amal saleh, perhatikan firman Allah Swt. dalam al-Ashr/103 2-3 berikut ini اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ “ Sungguh manusia berada dalam kerugian 2. Kecuali orang orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran 3.” al-Ashr/103 2-3 Ayat tersebut menegaskan bahwa sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali yang melakukan empat hal, yaitu 1 beriman kepada Allah Swt. 2 beramal saleh atau amal kebajikan 3 saling menasihati untuk kebenaran 4 saling menasihati untuk kesabaran Kata amal saleh berasal dari kata “amilu”, yaitu segala perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya atau orang lain, dan sesuai dengan akal rasional, al-Qur’an serta as-Sunnah. Antara iman dan amal saleh merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Seseorang yang beriman tanpa diikuti amal saleh, maka keimanannya tidak ada artinya. Sebaliknya, amal saleh tanpa didasari iman yang benar maka amalnya tidak ada nilainya di hadapan Allah Swt. Keimanan harus dibuktikan dengan amal saleh dan amal saleh harus dilandasi dengan keimanan yang benar. Kebalikan dari amal saleh adalah amal sayyi’ah, yaitu amal yang mendatangkan mudarat baik bagi pelakunya maupun orang lain. Sungguh rugi seseorang yang berbuat buruk di dunia ini, padahal dunia ini adalah ladang amal untuk kehidupan akhirat. Setiap amal baik atau buruk meskipun sangat kecil tetap akan mendapat balasan yang adil dari Allah Swt. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt. dalam surat az-Zalzalah/99 7-8 فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ “ maka siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah biji sawi, niscaya dia akan melihat balasannya 7. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarrah biji sawi, dia akan melihat balasannya.” az Zalzalah/99 7-8 Suatu amal saleh akan sah jika memenuhi syarat sebagai berikut a. Amal saleh dilakukan dengan mengetahui ilmunya. b. Amal saleh itu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah Swt. c. Amal saleh itu hendaknya dilakukan sesuai dengan petunjuk al-Qur’an dan Hadis. Pernahkah kalian melihat orang atau temanmu beramal, tetapi sedikit sekali? Janganlah kalian meremehkannya atau menghina karena sedikit amalnya. Sebab nilai sebuah amal tidak semata-mata tergantung banyak atau sedikitnya, tetapi juga terletak pada keikhlasannya. Sedangkan nilai keikhlasan amal seseorang hanya Allah Swt. yang mengetahui. Allah Swt. mencintai seorang hamba yang beramal secara terus-menerus meskipun sedikit. Memang yang paling baik adalah beramal banyak serta ikhlas, dan dilakukan terus menerus. Rasulullah pernah bersabda “ Dar Abu Dzar Jundub Bin Junadah berkata Nabi bersabda kepadaku “janganlah sekali-kali kamu mencemooh perbuatan baik seberapa pun kecilnya, walaupun perbuatan baik itu hanya berupa penyambutan terhadap saudaramu dengan muka yang berseri-seri” Muslim Wahai generasi muda Islam, ketahuilah bahwa amal saleh ada tiga macam, yaitu 1 Amal saleh terhadap Allah Swt., yaitu menjalankan perintah Allah Swt. dan meninggalkan larang-Nya. Contohnya adalah salat, zakat, puasa, membaca al-Qur’an dan ibadah lainnya 2 Amal saleh terhadap manusia, yaitu menjalankan hak dan kewajiban terhadap sesama manusia. Contohnya adalah memberikan senyuman, bersikap ramah, bertutur kata yang santun, dan menolong kaum duafa. 3 Amal saleh terhadap lingkungan alam yaitu menjaga kelestarian alam contohnya adalah membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan mendaur ulang sampah dan melakukan penghijauan. Di samping tiga amal saleh tersebut ada suatu amal kebajikan yang disebut amal jariyah. Amal jariyah yaitu perbuatan kebajikan yang dilakukan secara ikhlas dengan mengharapkan rida Allah Swt. dan mendatangkan pahala bagi pelakunya meskipun ia telah meninggal. Pahala amal jariyah akan terus mengalir selama orang yang masih hidup masih dapat memanfaatkan hasil kebajikan yang ia tinggalkan di dunia. Rasulullah bersabda “dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” Muslimsaudaramu dengan muka yang berseri-seri” Muslim 2. MANFAAT BERAMAL SALEH Seseorang yang beramal saleh akan memperoleh manfaat sebagai berikut 1 Diberi ampunan dan pahala yang besar oleh Allah Swt. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Maidah/5 9 yang artinya “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, bahwa mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” 2 Diberi tambahan petunjuk. Hal ini sesuai dengan Maryam/19 76 yang artinya “Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal kebajikan yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu dan lebih baik kesudahannya.” 3 Diberi kehidupan yang baik dan layak. Hal ini sesuai dengan an-Nahl/16 97 yang artinya “Siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” 4 Dihapuskan dosa-dosanya. Hal ini sesuai dengan al-Ankabut/29 7 yang artinya “Dan orang orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.” 5 Dijauhkan dari kerugian di dunia dan akhirat. Hal ini sesuai dengan al-Asr/103 1-3 “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.” Berbaik sangka atau Husnudzon merupakan perilaku terpuji yang harus dimiliki seorang muslim. Lawan dari husnudzon adalah su’udzon atau buruk sangka. Berburuk sangka merupakan perilaku tercela yang akan mendatangkan mudarat, baik bagi pelakunya maupun orang lain. Allah Swt. melarang berburuk sangka, sebagaimana firman-Nya dalam al-Hujurat/49 12 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.” al Hujurat/49 12 Rasulullah juga melarang berburuk sangka, sebagaimana hadis berikut ini “Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda “Jauhilah prasangka buruk karena prasangka buruk adalah ucapan yang paling dusta.” Bukhari Wahai anak yang saleh, marilah kita membiasakan diri berbaik sangka dalam kehidupan sehari-hari. Apa saja bentuk berbaik sangka itu? Berbaik sangka ada tiga macam, yaitu 1 Berbaik sangka kepada Allah Swt. Orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt. akan senantiasa bersyukur atas semua kenikmatan dari-Nya, dan bersabar atas semua cobaan. Mengapa kita harus bersyukur kepada Allah Swt? Allah Swt. telah memberikan karunia dan kenikmatan yang tidak ternilai harganya kepada manusia. Maka, sudah seharusnya manusia bersyukur kepada Allah Swt. Lalu, mengapa kita harus bersabar atas semua cobaan ? Allah Swt. memiliki sifat-sifat sempurna dan tidak mungkin Allah Swt. menghendaki keburukan bagi hamba-hamba-Nya. Setiap cobaan dan ujian dari Allah Swt. tidak bertujuan menyakiti hamba-Nya, tetapi untuk menguji ketaatan, keimanan, dan kesabarannya. 2 Berbaik sangka kepada diri sendiri. Pernahkah kalian mengalami kesulitan hidup? Jika pernah, bagaimana cara kalian menyikapinya? Seseorang yang berbaik sangka kepada diri sendiri akan memiliki sikap percaya diri, optimis, dan bekerja keras. Sebaliknya, seseorang yang berburuk sangka kepada diri sendiri, ia akan merasa pesimis, tidak percaya diri, dan malas berusaha. 3 Berbaik sangka kepada orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan orang lain. Orang lain di sekitar kita harus diperlakukan secara baik, santun, saling menyayangi, dan menghormati. Berprasangka baik kepada orang lain akan menumbuhkan keharmonisan dalam kehidupan masyarakat. Sikap buruk sangka hanya akan memicu perpecahan dan konflik. Banyak pertikaian dan kerusuhan terjadi karena sikap buruk sangka. Jika ada isu-isu negatif hendaknya diklarifikasi tabayyun terlebih dahulu agar kita tidak terjerumus kepada sikap curiga dan buruk sangka. Oleh karena itu, mari kita tumbuhkan prasangka baik kepada keluarga, teman, tetangga, dan sesama manusia agar hidup kita bahagia dunia sampai akhirat. 4. MANFAAT BAIK SANGKA Seseorang yang membiasakan diri berbaik sangka akan memperoleh manfaat sebagai berikut 1 Hidup menjadi tenang dan optimis Seseorang yang berbaik sangka kepada Allah Swt. akan senantiasa bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan dan bersabar apabila mendapatkan ujian serta cobaan. Hal ini akan menjadikan hidupnya tenang dan penuh optimis. 2 Yakin bahwa terdapat hikmah di balik segala penderitaan dan kegagalan. 3 Membentuk pribadi yang tangguh 4 Menjadikan seseorang teguh pendirian sebab tidak mudah menerima pengaruh buruk dari orang lain 5 Menjadikan seseorang kreatif 6 Menyebabkan seseorang tidak mudah putus asa 7 Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih baik. 8 Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama. 9 Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain. E. KISAH TELADAN Kejujuran Seorang Wanita Salihah Saat itu tengah malam di kota Madinah. Kebanyakan warga kota sudah tidur. Umar bin Khatab berjalan menyelusuri jalan-jalan di kota. Dia coba untuk tidak melewatkan satupun dari pengamatannya. Menjelang dini hari, pria ini lelah dan memutuskan untuk beristirahat. Tanpa sengaja, terdengarlah olehnya percakapan antara ibu dan anak perempuannya dari dalam rumah dekat dia beristirahat. “Nak, campurkanlah susu yang engkau perah tadi dengan air,” kata sang ibu. “Jangan ibu. Amirul mukminin sudah membuat peraturan untuk tidak menjual susu yang dicampur air,” jawab sang anak. “Tapi banyak orang melakukannya Nak, campurlah sedikit saja. Yakinlah bahwa Amirul Mukminin tidak mengetahuinya,” kata sang ibu mencoba meyakinkan anaknya. “Ibu, Amirul Mukminin mungkin tidak mengetahuinya. Tapi, Rabb dari Amirul Mukminin pasti melihatnya,” tegas si anak menolak. Mendengar percakapan ini, berurailah air mata pria ini. Karena subuh menjelang, bersegeralah dia ke masjid untuk memimpin salat Subuh. Sesampai di rumah, dipanggilah anaknya untuk menghadap dan berkata, “Wahai Ashim putra Umar bin Khattab. Sesungguhnya tadi malam saya mendengar percakapan istimewa. Pergilah kamu ke rumah si Fulan dan selidikilah keluarganya.” Ashim bin Umar bin Khattab melaksanakan perintah ayahandanya yang tak lain memang Umar bin Khattab, Khalifah kedua yang bergelar Amirul Mukminin. Sekembalinya dari penyelidikan, dia menghadap ayahnya dan mendengar ayahnya berkata, “Pergi dan temuilah mereka. Lamarlah anak gadisnya itu untuk menjadi isterimu. Aku lihat insya allah ia akan memberi berkah kepadamu dan anak keturunanmu. Mudah-mudahan pula ia dapat memberi keturunan yang akan menjadi pemimpin bangsa.” Begitulah, menikahlah Ashim bin Umar bin Khattab dengan anak gadis tersebut. Dari pernikahan ini, Umar bin Khattab dikaruniai cucu perempuan bernama Laila, yang nantinya dikenal dengan Ummi Ashim. Suatu malam setelah itu, Umar bermimpi. Dalam mimpinya dia melihat seorang pemuda dari keturunannya, bernama Umar, dengan kening yang cacat karena luka. Pemuda ini memimpin umat Islam seperti dirinya memimpin umat Islam. Mimpi ini diceritakan hanya kepada keluarganya saja. Saat Umar meninggal, cerita ini tetap terpendam di antara keluarganya. Ummi Ashim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan. Abdul Aziz adalah Gubernur Mesir di era khalifah Abdul Malik bin Marwan 685 – 705 M. Dari pernikahan Ummi Ashim dengan Abdul Aziz bin Marwan lahirlah Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Sumber DAFTAR PUSTAKA Ahsan Muhamad, Sumiyati, & Mustahdi. 2017. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti SMP/MTs Kelas VII. Jakarta Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.
Ciriciri Hamba Allah yang saleh dan mulia ada pada Isa: Tidak pernah berdosa (Injil, Surat 1 Petrus 2:22) Menghafalkan kebanyakan Taurat dan Zabur (sering mengutipnya) Sering berdoa malam (Injil, Rasul Lukas 6:12) Akan menjadi Hakim pada akhirat (Injil, Rasul Besar Yohanes 5:22-23) Menyuruh umat-Nya untuk berbuat baik kepada musuh (Injil
Ilustrasi melaksanakan sholat sebagai salah satu amal saleh umat Muslim. Foto PixabayDalam Alquran, tercantum secara jelas bahwa semakin banyak amal saleh yang diperbuat, semakin kuat pula keimanan seseorang. Lantas, apa pengertian amal saleh yang bisa dikatakan sebagai pelengkap kesempurnaan iman seseorang?Menurut buku 200 Amal Saleh Berpahala Dahsyat karya Abdillah F. Hasan 2016 13, amal saleh adalah perbuatan sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah atau menunaikan kewajiban agama. Dalam amal saleh, terdapat amal ibadah dan amal jariyah, yang meliputi habluminallah dan ibadah adalah perbuatan yang berwujud pengabdian seorang hamba kepada Allah SWT. Amal ibadah ini tercipta antara hubungan manusia dengan Allah. Oleh sebab itu, hubungan ini disebut dengan istilah itu, amal jariyah adalah perbuatan baik untuk kepentingan masyarakat umum yang dilakukan tanpa pamrih. Perbuatan baik ini diciptakan melalui hubungan sesama manusia atau sesama makhluk Allah SWT yang disebut dengan istilah yang disinggung sebelumnya, iman dan amal saleh adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu dari keduanya tidak ada, maka kesempurnaan dari salah satunya akan berkurang. Iman tanpa amal itu hampa, sedangkan amal tanpa iman itu merupakan amal saleh yang mampu mendatangkan kebaikan. Foto PixabayAdapun ayat-ayat Alquran yang menegaskan bahwa orang-orang yang beramal saleh akan mendapatkan balasan dan kebaikan dari Allah SWT. Beberapa surat di antaranya, yaitu“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya.”“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezeki di dalamnya tanpa hisab.”“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih, bahwa mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar.”“Kecuali orang yang bertobat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi dirugikan sedikit pun,”Berbuat baik kepada sesama manusia merupakan amal saleh yang dapat menciptakan hubungan habluminannas. Foto PixabayContoh Amal Saleh yang Dapat Dilakukan Umat MuslimDikutip dari buku Kesepaduan Iman dan Amal Saleh milik Hamka 2020 37, terdapat beberapa perbuatan amal saleh yang dapat dilaksanakan umat Muslim dalam kehidupan sehari-hari. Contoh amal saleh yang berupa pengabdian manusia kepada Allah SWT, yaituTidak meninggalkan salat 5 waktu, mulai dari Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya. Selain itu, akan semakin bertambah pula pahalanya, jika dilengkapi dengan sholat ibadah puasa Ramadhan maupun puasa sunnah yang lain, seperti puasa Senin Kamis atau puasa bulan diri dari larangan Allah berprasangka baik husnudzon terhadap setiap ujian hidup dari Allah ibadah haji bila itu, contoh amal saleh yang dapat dilakukan kepada sesama manusia, yaituMenghormati dan menghargai orang yang lebih anak yatim kepada sesama manusia tanpa memandang baik terhadap sesama.
Orangyang menunaikan hal-hal yang wajib secara sempurna, berarti ia mencintai Allah SWT. Sedangkan orang yang masih menambah dengan amalan-amalan sunah, ia dicintai Allah SWT. Dalam hadis qudsi dikatakan, "Dan tidaklah seorang hamba mendekat kepada-Ku; yang lebih aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardukan kepadanya.
Ciri-ciri hamba Allah yang saleh sangat penting diketahui umat beragama. Karena setiap orang beragama ingin menjadi lebih taat dan saleh. Kita semua rindu diterima Allah dan bisa masuk surga serta menikmati hidup kekal. Untuk menjadi lebih saleh, kita harus mencari teladan yang baik. Siapakah yang harus kita teladani? Satu malaikat? Muhammad? Mereka yang mencintainya? Adakah yang lain? Penting kita tahu siapakah hamba Allah yang paling mulia. Agar tahu siapa yang kita harus ikuti dan teladani. Ciri-Ciri Hamba Allah yang Saleh Seorang hamba Allah yang saleh dan dicintai memiliki ketaqwaan yang kuat kepada Allah. Selalu berusaha memperbaiki diri dalam segala aspek kehidupan. Termasuk dalam menjalankan ibadah dan berinteraksi dengan sesama. Ada banyak situs Islam yang menjelaskan kriteria atau ciri-ciri hamba Allah yang saleh/mulia. Diantaranya adalah orang yang Berlaku lurus Seorang hamba Allah harus memiliki integritas tinggi. Harus jujur dalam semua aspek kehidupan di hadapan Allah maupun dihadapan sesamanya. Membaca Kitab Allah Memiliki rasa ingin mengenal Allah lebih dalam melalui Kitab-Nya. Shalat malam Ingin meningkatkan kualitas rohaninya agar lebih berkenan kepada Allah. Beriman kepada Allah dan hari akhir Salah satu dasar yang kuat bagi seorang hamba Allah saleh mengimani dengan yakin ada Allah dan hari penghakiman-Nya di akhir zaman. Mengajak orang lain untuk menghindari kejahatan Qs 3113-114 Hamba Allah harus hidup dalam kebaikan, dan menjauhkan diri dari dosa dan segala kejahatan. Memaafkan kesalahan seseorang Islam mengajarkan seorang Muslim harus memaafkan kesalahan orang lain yang bersalah Qs 3134. Apakah Anda setuju dengan ciri-ciri hamba Allah demikian? Silakan mengirim jawaban Anda di sini. Dua Kriteria Lain yang Terpenting Penulis merasa ada dua kriteria yang terpenting selain daftar di atas. Pertama, orang yang selalu berserah diri kepada Allah. Karena tugas hamba/budak untuk selalu menaati tuannya. Kedua, orang yang merendahkan diri. Seorang hamba/budak tidak boleh sombong karena mereka dalam posisi yang rendah dan tidak punya otoritas. Ciri-ciri hamba Allah harus memiliki dua sifat tersebut. Berserah kepada Allah dan merendahkan diri berarti menyadari bahwa hidupnya bergantung sepenuhnya hanya kepada Allah. Hamba Allah yang Paling Mulia Siapakah hamba Allah yang paling mulia menurut delapan kriteria di atas? Memang, para malaikat mungkin memenuhi sebagian besar kriteria tersebut, tetapi bagaimana bisa kita meneladani mereka? Bagaimana dengan nabi Islam? Dia shalat malam, beriman kepada Allah dan hari akhir, dan pernah mengajak orang untuk menghindari kejahatan. Namun, apakah nabi Islam selalu memaafkan kesalahan orang? “Rasulullah Siapakah yang akan membunuh Ka’b bin Asyraf yang telah durhaka kepada Allah dan melukai Rasul-Nya?’ Maka Muhammad bin Maslamah . . . berkata, . . . sukakah Anda jika aku yang akan membunuhnya?’ beliau menjawab Ya’” Shahih Bukhari 3731. Nabi Islam juga harus bertobat atas dosanya. “. . . dan mohonlah ampunan bagi dosamu . . .” Qs 4719. Berarti, dia tidak selalu berserah diri kepada Allah atau berlaku lurus, bukan? Mengapa Isa Al-Masih Hamba Allah yang Paling Mulia? Sebenarnya, hanya Isa Al-Masih memenuhi semua kriteria. Ciri-ciri Hamba Allah yang saleh dan mulia ada pada Isa Tidak pernah berdosa Injil, Surat 1 Petrus 222 Menghafalkan kebanyakan Taurat dan Zabur sering mengutipnya Sering berdoa malam Injil, Rasul Lukas 612 Akan menjadi Hakim pada akhirat Injil, Rasul Besar Yohanes 522-23 Menyuruh umat-Nya untuk berbuat baik kepada musuh Injil, Rasul Besar Matius 544 Mengampuni dosa seseorang Injil, Rasul Lukas 520-24 Selalu berserah diri kepada Allah Injil, Rasul Besar Yohanes 1431 Merendahkan diri dengan melayani Injil, Rasul Besar Matius 2028, Yohanes 134-15 Jelas, Isa Al-Masih adalah satu-satunya Pribadi yang layak diikuti. Dan ada berita yang sangat baik bagi setiap umat-Nya! Isa sudah menjadi hamba Allah yang sempurna agar setiap kita tidak harus menjadi hamba Allah lagi! Kita bisa menjadi anak Allah dan hidup dengan Dia di surga! Hubungi kami jika Anda ingin tahu bagaimana menjadi anak Allah. [Staf Isa dan Islam – Untuk masukan atau pertanyaan mengenai artikel ini, silakan mengirim email kepada Staff Isa dan Islam.] Fokus Pertanyaan Untuk Dijawab Pembaca Staf IDI berharap Pembaca hanya memberi komentar yang menanggapi salah satu pertanyaan berikut Adakah kriteria lain ciri-ciri dapat menjadi hamba Allah yang lebih saleh dan mulia? Itu apa? Menurut Saudara, siapakah hamba Allah yang paling mulia? Mengapa? Apakah orang beragama harus menjadi hamba Allah untuk masuk surga? Jelaskan! Komentar yang tidak berhubungan dengan tiga pertanyaan di atas, walaupun dari Kristen maupun Islam, maaf bila terpaksa kami hapus. Artikel Terkait Berikut ini link-link yang berhubungan dengan artikel “Ciri-Ciri Hamba Allah Saleh yang Patut Diteladani” Jika Anda berminat, silakan klik pada link-link berikut Apakah Isa Al-Masih Hanya Seorang Nabi? Budak Allah Islam atau Anak Allah Kristen Mengapa Isa Disebut “Anak Allah”? Lebih Baik Hidup Sebagai “Anak Allah” Atau “Hamba Allah”? Ceritera Inspiratif Yatim Bagi Mukmin dan Nasrani Untuk menolong para pembaca, kami memberi tanda ***** pada komentar-komentar yang kami rasa terbaik dan paling menolong mengerti artikel di atas. Bila bersedia, silakan juga mendaftar untuk buletin mingguan, “Isa, Islam dan Al-Fatihah.” Apabila Anda memiliki tanggapan atau pertanyaan atas artikel ini, silakan menghubungi kami dengan cara klik link ini. atau SMS ke 0812-8100-0718
وَلَهُمْفِيهَا أَزْوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ. Dan di sana mereka (memperoleh) pasangan-pasangan yang suci. Mereka kekal di dalamnya. (QS Al-Baqarah 25) Sayyid Ja'ar Shodiq menyebutkan bahwa para bidadari itu suci dari Haid atau darah selainnya. Selalu siap melayani.
Kunci jawaban Pendidikan Agama Islam SMP Kelas 9 halaman 118, 119 Bab 6BismillahirrohmannirrohimKunci jawaban PAI SMP kelas IX halaman 118, 119 Bab 6 merupakan alternatif Jawaban dari soal-soal Buku PAI kelas 9 SMP/MTs Bab 6 Meraih Kesuksesan dengan Optimis, Ikhtiar, dan Tawaka semester 1. Jawaban yang kami berikan hanya berupa jawaban alternatif saja, sebagai referensi bagi adik-adik . Rajin lah belajar dan membaca dari berbgai sumber agar khasanah pengetahuannya bertambah. Sebaiknya adik-adik mencoba alternatif jawaban sendiri. Dengan adanya pembahasan kunci jawaban seperti ini diharapkan dapat membantu peserta didik Kelas IX SMP/MTs dalam menjawab soal-soal baik sebagai Tugas Individu maupun Kelompok. Dan Juga dapat menjadi Referensi untuk soal ulangan seperti soal penilaian harian , soal penialain tengah semester , soal penilaian akhir tahun, maupun tugas pekerjaan rumah PR. Semoga bermanfaat bagi adik jawaban PAI SMP Kelas 9 halaman 118, 119 Semester 1Ayo BerlatihA. Berilah tanda silang X pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling tepat !1. Lafaz Allah sering disebut dengan ....a. lafzul karamah b. lafzul jalalah c. lafzul Allahd. lafzul aliyah2. Perhatikan bacaan berikut ini . Sebelum lafaz Allah didahului harakat kasrah, maka dibaca ....a. tarqiq b. tafkhimc. boleh tarqiq boleh tafkhimd. tidak boleh tarqiq dan tafkhim7. Qs. An Najm/ 53 39-42 berisi tentang ....a. perintah Allah Swt. untuk ikhtiar dan bekerja kerasb. larangan berputus asa terhadap rahmat Allah Allah Swt. akan memberi pahala orang yang tawakald. Perintah Allah Swt. agar bermusyawarah8. Arti potongan ayat berikut adalah....a. Maka mohonkanlah ampun merekab. Maka sambunglah tali silaturahmic. Maka bertawakallah kepada Allah Maka optimislah kalian semua9. Allah Swt. memerintahkan hamba-Nya untuk memperbanyak istigfar. Arti istigfar adalah .... a. Memohon ampun kepada Allah Memohon pertolongan kepada Allah Memohon keselematan kepada Allah Memohon kemudahan kepada Allah Swt 10. Hamba Allah Swt. yang saleh akan mendapat balasan sempurna berupa .....a. mahir berbahasa Arab b. kecerdasan otak c. kesehatan dan harta melimpah d. surga di akhirat kelakKunci jawaban Pilihan Ganda PAI kelas 9 Halaman 1421. B2. A3. B4. C5. C6. C7. A8. A 9. A10. DB. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini !1. Sebutkan bacaan ra tafkhim yang terdapat dalam Az zumar/ 39-53 !Jawaban Bacaan ra tafkhim yang terdapat dalam az-Zumar/3953 adalah أَسْرَفُوا, رَحْمَةِ, يَغْفِرُ, الْغَفُورُ, الرَّحِيمُ. Ra tafhim adalah ra yang dibaca secara tebal2. Sebutkan bacaan lam jalalah tafkhim yang terdapat dalam Ali Imran/3 159 !Jawaban Hukum lam tafhim pada ayat 159 surah ali imran adalah مِّنَ اللّٰهِ, عَلَى اللّٰهِ dan اِنَّ اللّٰهَ. Pada ayat tersebut Lam jalalah dibaca tafhim karena sebelum lam terdapat huruf hijaiyyah berharkat Sebutkan bacaan ra tarqiq yang terdapat dalam Q. S. Ali Imran/3 159 !Jawaban ra tarqiq1. وَاسْتَغْفِرْ2. وَشَاوِرْهُمْ3الْأَمْرِ4. Jelaskan pentingnya ikhtiar bagi kehidupan manusia !Jawaban Ikhtiar adalah melakukan segala cara yang halal agar kita mencapai suatau tujuan yang telah kita tentukan sesuai ketentuan yang Allah tetapkan . Ikhtiar sangat penting bagi kehidupan manusia karena orang yang berikhtiar dengan sungguh-sungguh maka akan mudahkan ia dalam mencapai Jelaskan pengertian tawakal!Jawaban Pengertian tawakal adalah sikap berserah diri dengan pasrah terhadap segala usaha yang telah diupayakan. Manfaat yang akan diperoleh orang yang bertawakal adalah sebagai berikut 1. Semakin mendekatkan diri kepada Allah Menghilangkan perilaku sombong karena kita sadar tidak ada daya kecuali Allah Memperoleh pahala dan menjadi hamba yang dicintai oleh Allah Menumbuhkan sikap senantiasa berkhusnudzon kepada Allah Terhindar dari perasaan Pembaca Kunci Jawaban PAI SMP Kelas 9 halaman 118, 119 Bab 6 buku siswa kelas 9 SMP/MTs kurikulum ini hanya sebagai alternatif saja Untuk itu diperlukan kebijakan Bapak/Ibu untuk memilah dan menggunakan kata semoga bermanfaat, dan jangan lupa memberikan saran dan komentar positif anda pada Kolom yang tersedia untuk kemajuan website ini.
AllahSwt. memerintahkan hamba-Nya untuk memperbanyak istighfar. Arti istighfar adalah . a. memohon ampun kepada Allah Swt. b. memohon pertolongan kepada Allah Swt. c. memohon keselamatan kepada Allah Swt. d. memohon kemudahan kepada Allah Swt. 70. Hamba Allah Swt. yang saleh akan mendapat balasan sempurna berupa. a. mahir berbahasa Arab
Beberapa orang dari kalangan sufi mengatakan bahwa amal ibadah yang dilakukan karena mengharapkan pahala, apalagi karena takut mendapatkan siksa jika meninggalkannya, menunjukkan rendahnya kualitas amal seseorang. Hal ini sebagaimana dikutip oleh Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad dalam sebuah kitabnya sebagai berikut وما وقع في كلام بعض اهل التصوف مما نقصا أو انحطاطا في حال من يعمل غلى رجاء الثواب أو خوف العقاب. Artinya “Sebagaimana terdapat dalam ucapan sebagian ahli tasawuf tentang rendahnya kualitas seseorang yang beramal karena mengharap pahal atau takut siksa” lihat Nafaisul Uluwiyyah fi al-Masail al-Sufiyyah [Dar al-Hawi, Cetakan I, 2003], hal. 51. Tentu saja pernyataan itu membuat banyak orang awam mengalami kebingungan karena faktanya sebagian besar dari mereka beribadah karena adanya pahala dan dosa sebab hal ini merupakan janji Allah sebagaimana disebutkan di dalam dua ayat Al-Qur’an sebagai berikut وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ Artinya “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang beramal saleh, bahwa untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” QS al-Maidah 9. ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ شَآقُّوا۟ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ ۖ وَمَن يُشَآقِّ ٱللَّهَ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ Artinya “Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” QS al-Hasyr 4. Atas pernyataan dari sebagian kalangan sufi di atas, Sayyid Abdullah al-Haddad memberikan tanggapan di halaman yang sama dalam kitab tersebut sebagai berikut بأن ذالك رجاء محمود وسعي مبارك مشكور. وعليه يعمل السلف والخلف من صالحي المؤمنين، فإن العبد خلق ضعيفا فقيرا لا غني به عن فضل ربه الغني الكبير. Artinya “Sesungguhnya beramal karena mengharapkan pahala adalah perbuatan terpuji, usaha yang penuh barakah dan menguntungkan. Orang-orang salaf dan khalaf masyarakat dulu dan sekarang dari kalangan mukminin yang saleh, beramal juga dengan berpengharapan seperti itu. Manusia sesungguhnya diciptakan dalam keadaan lemah dan fakir; ia membutuhkan karunia Tuhannya Yang Mahakaya.” Dari kutipan di atas dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut Pertama, beramal karena mengharapkan pahala bukanlah persoalan tercela. Amal seperti itu terpuji dan diberkati oleh Allah subhahanahu wa ta’ala. Mengharapkan pahala dari Allah sama saja mengharapkan balasan di akhirat. Jadi pahala itu bernilai ukhrawi dan bukan duniawi sehingga seseorang yang beramal karena mengharapkan pahala tetap tergolong seorang hamba yang ikhlas. Kedua, para salafussalih orang-orang salih zaman old dan khalafussalih oran-orang salih zaman now juga mengharapkan pahala dalam beramal ibadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Mereka tidak mengharapkan balasan atau penghargaan yang bersifat duniawi seperti popularitas di tengah masyarakat, kedudukan terhormat, ataupun harta kekayaan yang berlimpah. Ketiga, manusia itu sesungguhnya lemah sepanjang zaman dan karenanya membutuhkan karunia Allah. Hanya Allah yang bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan manusia dengan karunia-Nya. Karunia itu berupa pahala sebagai bekal hidup abadi di akhirat nanti. Namun demikian Sayyid Abdullah bin Alawi al-Haddad tidak bermaksud menyalahkan pernyataan kalangan sufi sebagaimana disebutkan di atas. Justru beliau memberikan penjelasan apa yang sebenarnya mereka maksudkan sebagai berikut فذالك محمول على قصد التنبيه به على أن الذي يعمل لمجرد امتثال الأمر أفضل من الراجي والخائف والأمر كذالك Artinya “Ucapan itu mengandung maksud sebagai peringatan bahwa sesungguhnya beramal karena semata-mata ingin melaksanakan perintah Allah lebih utama daripada karena berharap mendapatkan pahala dan takut terkena siksa. Begitulah masalahnya.” Jadi, beramal semata-mata karena ingin melaksanakan perintah Allah lebih mulia daripada karena berharap mendapatkan sesuatu atau sebaliknya karena takut sesuatu. Logikanya jika seseorang beramal karena dijanjikan mendapatkan sesuatu, maka jika Allah tidak menjanjikan apa pun, maka orang tersebut tidak akan beramal. Demikian pula, jika seseorang beramal karena takut ancaman, maka ketika ancaman tidak ada, ia tidak akan beramal. Kesimpulannya, beramal karena berharap mendapatkan pahala diperbolehkan. Orang-orang dengan tipe seperti ini disebut oleh Sayyid Abdullah al-Haddad sebagai al-rajun. Demikian pula, beramal karena takut mendapat siksa jika meninggalkannya juga tidak menjadi persoalan. Orang-orang dengan tipe seperti ini disebut al-khaifun. Sedangkan orang-orang yang beramal semata-mata karena ingin melaksanakan perintah Allah disebut al-arifun. Ketiga tipologi itu, menurut Sayyid Abdullah al-Haddad, merupakan maqam-maqam di mana tipologi yang disebut terakhir merupakan yang tertinggi. Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta.
. gtt8g5km5w.pages.dev/970gtt8g5km5w.pages.dev/397gtt8g5km5w.pages.dev/823gtt8g5km5w.pages.dev/550gtt8g5km5w.pages.dev/817gtt8g5km5w.pages.dev/440gtt8g5km5w.pages.dev/113gtt8g5km5w.pages.dev/214gtt8g5km5w.pages.dev/514gtt8g5km5w.pages.dev/121gtt8g5km5w.pages.dev/698gtt8g5km5w.pages.dev/713gtt8g5km5w.pages.dev/736gtt8g5km5w.pages.dev/441gtt8g5km5w.pages.dev/99
hamba allah swt yang saleh akan mendapat balasan sempurna berupa